Jumat, 15 Februari 2013

Analisis Film "Tanah Surga -Katanya"



Judul                : Tanah Surga –Katanya


Sutradara         : Herwin Novianto
Produser          : Dedi Mizwar
                           Gatot Brajamusti
                           Bustal Nawawi
Pemeran           : Osa Aji Santoso         (Salman)
                           Fuad Idris                   (Kakek Salman)
                           Ence Bagus                (Ayah Salman)
                           Astri Nurdin               (Bu Astuti –Guru SD)
                           Tissa Biani Azzahra     (Salina –Adik Salman)
                           Ringgo Agus R           (Dokter Anwar)
                           Dedi Mizwar              (Pejabat Daerah)
Penokohan       : Salman, seorang siswa kelas 4 tercerdas di sekolahnya, polos, mengungkapkan apa yang ia ingin ungkapkan, memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, sangat menyayangi kakeknya, memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.
                          Kakek Salman, seorang Kakek bekas pejuang perbatasan ketika masa perang Indonesia, memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi, memiliki prinsip untuk tetap hidup di Indonesia bagaimanapun keadannya, menyayangi cucu dan anaknya, diam-diam sering merasa bangga pada cucunya –Salman.
                          Ayah Salman, berbeda dengan ayahnya, Ayah Salman justru tidak memiliki rasa nasionalisme dan patrotisme yang tinggi, ia lebih memilih tinggal dan hidup di negri orang, tega meninggalkan ayahnya sendirian di Kalimantan, menyayangi anak-anaknya, sedikit egois.
                          Bu Astuti, seorang Guru SD yang tegas, sabar, menyayangi murid-muridnya, cerdas, tidak mudah tergoda oleh lelaki.
                          Salina, adik Salman yang masih lugu, mudah terpengaruh oleh bujukan-bujukan manis ayahnya, menyayangi kakek dan kakaknya.
                          Dokter Anwar, berdedikasi tinggi, cukup memiliki rasa nasionalisme, sabar, baik hati, lucu, jatuh cinta pada Bu Astuti.
                          Pejabat Daerah, sempat terkesan oleh usaha masyarakat untuk mendapat bantuan, namun tiba-tiba berubah pikiran karena merasa tersindir oleh puisi ciptaan Salman yang mengisahkan tentang carut marutnya Indonesia secara lugu namun lugas, egois.
Tema                : Nasional dan Sosial. Hal ini tergambar dari pengambilan latar yang berada di daerah perbatasan, penceritaan para tokoh yang menjadi masyarakat perbatasan yang hampir tidak memiliki rasa nasionalisme. Namun walaupun begitu ikatan batin yang terjalin antar masyarakatnya sangat erat dalam kehidupan sosialnya.
Latar                : Kalimantan Barat, daerah perbatasan antara Negara Indonesia dan Malaysia. Hal ini digambarkan secara jelas dalam film. Selain itu terdapat juga latar pedalaman yang digambarkan dengan hutan lebat, jalan setapak, danau, serta bangunan-bangunan tradisional masyarakat, bahkan bangunan sekolah yang hampir tak layak pakai.
Alur                  : Film ini menggunakan alur maju. Digambarkan dengan kekronologisan cerita yang diungkap dengan sangat runtut. Walaupun terdapat beberapa tokoh yang menceritakan atau membayangkan masa lalunya, namun itu tidak berlangsung lama, hanya sekilas sehingga tidak dapat dikatakan bahwa film ini beralur campuran ataupun flashback.
Dabing             : Teknik dabing yang terlihat di film ini sangat tidak mengecewakan. Ketepatan antara pelafalan, suara yang muncul serta gerak bibir tokoh yang sedang berbicara membuat teknik dabing yang digunakan dalam film ini sempurna.
Teknik Pengambilan Gambar    : Dalam beberapa scene, terlihat bahwa kameramen sengaja hanya membidik salah satu tokoh sedangkan latar diblurkan. Hal ini membuktikan bahwa dalam pembuatan film ini, kamera yang digunakan merupakan kamera berkkualitas tinggi. Selain untuk menonjolkan keestetisan dalam pengambilan gambar, hal ini juga memudahkan penonton untuk memfokuskan pandangannya hanya pada satu objek walaupun sudut pengambilannya sangat luas. Selain itu, pengambilan gambar tidak terlihat goyang sehingga tidak membuat penonton pusing ketika menontonnya. Ketika pengambilan gambar untuk setting waktu malam hari, tidak hanya gelap yang terlihat, melainkan objek-objek juga tetap terlihat jelas walaupun latarnya gelap. Tentu saja hal ini menambah lagi nilai plus untuk film ini.